Tiga pemuda di Yogyakarta yakni Venzha Christ, Erix Soekamti dan Grayce Soba membangun simulasi analog hidup di Planet Mars bernama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station (VMARS). Pembangunan VMARS di Kulon Progo ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan mendorong industri antariksa nasional di Indonesia.
Inisiator sekaligus pegiat space art dari Yogyakarta Venzha Christ menjelaskan, bahwa seharusnya VMARS mulai dibangun dan beroperasi tahun 2021. Namun karena pandemi pembangunan VMARS tertunda hingga tahun ini.
“VMARS rencananya akan dibangun di pegunungan Kulon Progo, dan akan melibatkan banyak pihak baik pemerintah daerah, akademisi, praktisi hingga komunitas,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (11/1/2022).
Pria yang juga Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) ini melanjutkan, bersama dengan Erix Soekamti dan Grayce Soba nantinya akan berkolaborasi untuk mewujudkan VMARS tahap pertama atau prototipe. Dia menyebut ada 3 hal pokok yang akan menjadi fokus.
“Fokus pada penelitian terraforming dengan nama V-TF, pengenalan tentang space farming dengan nama V-SFM, dan menciptakan kreasi alternatif space food dengan nama V-SF,” katanya.
Secara rinci, beberapa program lintas disiplin VMARS antara lain pada riset radio astronomi, planet, mengenal radiasi benda langit, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming serta penelitian extra-terrestrial life. Menurutnya, simulasi analog hidup di Planet Mars ini juga dimiliki beberapa negara, dan Indonesia menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
“VMARS akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara. Ini (VMARS) juga merupakan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan dan dijalankan secara bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner,” ucap Venzha.
Terlebih, rencana pembangunan simulasi Mars VMARS sendiri sudah dipresentasikan di Jepang (Yokohama Trienalle) dan Thailand (Bangkok Art Biennale) pada tahun 2020 dan 2021. Sedangkan tahun ini planet VMARS akan dipresentasikan di Korea (UNESCO Media Arts Creative City Platform), Taiwan dan Perancis.
Terkait alasan mengajak Erix Soekamti, Venzha mengungkapkan, bahwa Erix dikenal sebagai penggagas dan pendiri Does University, yaitu sebuah lembaga pendidikan alternatif untuk meningkatkan minat dan bakat, kolaboratif dan gratis. Selain itu, Erix menyediakan berbagai sarana dan fasilitas untuk banyak anak-anak muda yang belajar di sana.
“Does University ini juga akan berkolaborasi untuk mendukung pembangunan VMARS dan akan terlibat langsung dalam berbagai programnya,” ujarnya.
Sedangkan Grayce Soba adalah pemilik dan programmer Soba Studio, sebuah musik studio dengan berbagai program dan kegiatannya sangat aktif untuk membantu, serta berkolaborasi dengan banyak musisi lintas disiplin. Dengan kolaborasi tersebut, Venzha yakin VMARS akan memberi banyak dampak positif bagi Indonesia.
“Melalui VMARS ini harapannya bisa membuat Indonesia mampu dan berperan lebih aktif dalam eksplorasi luar angkasa,” ucapnya.
“Selain itu, kita sangat yakin bisa memproyeksikan keberadaan VMARS ini untuk mendorong industri antariksa nasional dan ekonomi kreatif bidang astronomi dan sains antariksa di Indonesia,” imbuh Venzha tentang simulasi planet Mars ini.
Baca Juga : Google Tuding Apple Pakai iMessage untuk Bully Pengguna Android